Tekan Volume Sampah Sebelum Dikirim Ke TPA, DLH Serukan Pilah Sampah Sejak Dirumah

Di Posting : 27 November 2019
Penulis : Doddi Risky
Kategori :
Bagikan :

Foto : Prokota.com

MALANG PROKOTA.Com – Perlu diketahui kalau ajakan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Malang berharap masyarakat bisa memilah sampah mulai dari rumah. Hal itu karena sudah sangat banyak sampah yang menumpuk di tempat pembuangan akhir (TPA).

Meski sedikit hari lagi proyek program Sanitary Landfill senilai kurang lebih Rp 195 milliar dari sumbangan perusahaan Jerman dan Kementerian PUPR dicanangkan selesai di akhir 2019 ini rencananya akan membuat sampah lebih ramah terhadap lingkungan.

Alasan Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Malang dra Rinawati MM itu berharap masyarakat tetap bisa melakukan pemilahan sampah agar tidak lagi ada penumpukan sampah yang terlalu tinggi.

“Aksi pemilahan sejak di tingkat rumah tangga tetap harus didorong. Tidak bisa semua ditumpuhkan di TPA. Karenanya terus kita hidupkan Pusat Daur Sampah, Rumah Komposting dan juga Bank Sampah Malang,” ungkapnya.

Lebih jauh dikatakannya soal Sanitary Landfill adalah teknologi yang aman bagi lingkungan karena mampu mencegah pencemaran. Lalu bagaimana caranya? Rinawati menerangkan bahwa dengan penimbunan dan pengelolaan air lindi (leachate) serta penangkapan gas methan yang bisa dimanfaatkan menjadi sumber energi.

Teknologi Sanitary Landfill dilaksanakan dengan beberapa lapisan. Beberapa di antaranya meliputi penyiapan dan pelapisan lahan pembuangan (sel aktif) TPA. Hal ini biasanya menggunakan tiga lapis penutup tanah seluas kurang lebih delapan hektare (ha).

Untuk jenis lapisan yang pelu diketahui pertama (lapisan paling bawah) berupa bahan gel sintetis setebal kurang lebih satu centimeter (cm). Bagian ini bertugas  menahan kebocoran air lindi agar tidak mencemari tanah. Lapisan kedua dan ketiga berupa karpet sintetis khusus berserat kasar. Seluruh bahan pelapis ini merupakan bahan berkualitas tinggi. Sebab, bahan khusus ini didatangkan langsung dari Jerman.

Kemudian , lapisan di atas hamparan karpet pelapis berupa batu koral dengan diameter dua cm. Bagian ini ditumpuk dengan rata setinggi kurang lebih 50 cm. Lapisan tersebut berfungsi sebagai bahan penyaring air lindi sehingga akan merembes di antara bebatuan.

“Di atas tumpukan batuan tersebut, sampah ditaruh dan ditumpuk, diratakan, dan ditimbun tanah setiap ketinggian tanah satu hingga dua meter agar mencegah dihinggapi lalat dan juga dapat mencegah terjadinya kebakaran,” paparnya.

Terkait air lindi sendiri nantinya akan ditampung dan disalurkan ke kolam penampungan pengolahan lindi (IPAL/Instalasi Pengolahan Air Limbah) dan menggunakan sistem pemurnian bertahap yang dilengkapi bak kontrol. Sementara gas methan ditangkap menggunakan pipa agar bisa digunakan sebagai sumber energi. Riz/ gus

Di Posting : 27 November 2019

Berita Serupa

Politik
Bisnis
Olah Raga